my page

Tuesday, July 31, 2012

Nyamanlah menjadi diri sendiri


Yah,lagi lagi dan lagi dan lagi...
A: ‘kamu pernah pake rok gag sih?”
Aku: “ pernah, tapi sekarang uda jarang.”
A: “kenapa gag dipake terus aja”.
Aku : “lagi bosen pake rok, sekali2 aja pake rok biar gag bosen”.
A : “ooo, aku seneng lho liat cewek pake rok keliatan......
BLA BLA BLA BLA BLA BLA BLA

Hampir semua cowok yang aku kenal dekat, mereka berkata begitu,

Kalau mereka temen yang baik, mungkin seharusnya mereka maklum aku yang apa adanya. =_=
Sebenarnya, aku berbohong =_=. Aku tidak terlalu suka pakai rok. Entah kenapa. Dari segi kenyamanan, lebih nyaman pakai celana. Dari  segi penampilan, aku lebih pede pakai celana.

Apa mereka juga memberi nasihat itu ke semua temen ceweknya?. Atau Cuma karena aku berkerudung jadi lebih pantas pakai rok?. Kenapa sih?aku tau maksud mereka. Tapi celanaku longgar-longgar kok =_=.

Jadi selama ini aku pakai rok Cuma untuk menyenangkan hati yang memberi nasihat. Padahal aku menggunakanya setengah hati.

Lalu..

Kemarin Ibu jengkel karena setiap baju yang ibu jahitkan (di tukang jahit) tidak pernah aku pakai. Bukanya tidak suka,aku suka bajunya kalau yang pakai bukan aku. Modelnya terlalu feminin. Dan aku merasa tidak pantas menggunakan baju-baju seperti itu. “yah situ terserahlah, Ibu ada bahanya pilih sendiri modelnya”. Dan yang terpikir dikepalaku adalah kemeja. Ya, kemeja lengan panjang. Aku ingin sekali memiliki beberapa kemeja yang bisa kupakai untuk kuliah. Dan selama ini yang kupakai adalah blazer dengan model santai. Tidak terlalu formal tapi sopan.  Itu saja, ingin sekali kemeja-kemeja dengan warna gelap, hijau tua, biruu tua,  merah marun, coklat tua, hitam. Dan kalaupun ada warna terang, aku pilih putih dan putih gading, bukan kuning apalagi pink.

Tapi keinginan itu tertahan, karena Ibu pasti tidak suka aku memakai setelan seperti itu. kalau untuk Bapak, kelihatanya oke oke saja selama pantas dan rapi. Beliau pasti punya keinginan anaknya terlihat feminin, yah paling tidak seperti adik-adikku. Tapi, bagaimana aku sendiri bisa terlihat feminin kalau aku tidak nyaman memakai pakaian feminin?.

Sudah usaha kok. Untuk terlihat feminin. Rok dan variasi kerudung aku lakukan, Teman-teman ku berkata aku jadi beda dan cantik. Oke.. dan itu hanya bertahan beberapa minggu, setelahnya aku kembali seperti aku yang dulu. Aku sama sekali merasa berbeda. Itu bukan aku. Aku hargai mereka yang berkata “ya ampun, beda din!”. “ih, din kamu jadi cantik lho”. Yah, aku berterimakasih. Tapi sebenarnya aku merasa tidak nyaman. kalian memuji Dini yang palsu.

Aku tidak lantas berpikir kalau aku harus benci teman-temanku karena mereka lebih suka aku yang ‘berubah’. Tidak ada yang lebih nyaman selain menjadi diri sendiri.
Apa aku salah?.

Dan kemarin aku coba lagi untuk membangkitkan sisi femininku, yah, karena aku wanita. Terbelilah sepatu wedges warna putih gading. Aku sendiri malah merasa tidak yakin.”ini akan kupakai berapa kali ya?=_=”. Tapi akhirnya aku tetap memakai sepatu sneaker warna coklat, modelnya agak vintage. Sepatu itu aku beli sebelum wedges putih tadi.

Sekali, aku menggunakan wedges saat paduan suara. Aku harus menggunakan dress merah marun. Polos dan pas di badan. Yah mereka bilang aku cantik. tapi pujian itu tidak berlaku ketika aku kembali dengan celana dan blazerku. Jadi sekali lagi. mereka memuji dini yang sedang tidak nyaman dengan dirinya saat itu.

Sepertinya sejak smp, ketika aku pertama kali meminta rok pada Ibu. yah, senang, berenda dan cantik. Tetapi begitu kupakai aku merasa aneh. Seperti tidak seharusnya aku memakai rok. Kecuali rok sekolah. Kemudian sampai SMA, rok yang kupakai hanya rok sekolah. Itupun aku sobek bagian sampingnya 5-10 cm saat smp. Dan untungnya ketika SMA, bagian samping kanan kiri rok ku diberi ritsleting yang bisa dibuka sampai atas lutut, ritsleting itu selalu aku buka sedikit, kira-kira 10 cm. Bukan untuk pamer betis. Betisku tidak bagus dan kalaupun bagus aku juga tidak akan ada niatan pamer. itu aku buka karena langkahku panjang-panjang. Terlalu malas untuk berjalan ‘sedikit-sedikit’ seperti menggunakan jarik. Tapi bukan berarti aku memiliki tinggi badan di atas rata-rata. Dan Ketika kuliah aku minta bertukar parfum dengan bapakku, aku tau Bapak tidak akan pakai parfumku, tapi aku setiap hari pakai parfum beliau. Kemudian memakai deodoran pria yang sama dengan bapak dan memakai sampo dengan label man(laki-laki) karena suka dengan wanginya.

bisa dibilang tomboy. Yah sebenernya predikat itu ada sejak smp. Tidak diminta, dan tidak ada harapan untuk minta dipanggil dengan sebutan tomboy. Karena saat SMP aku masih ada keinginan untuk tumbuh seperti wanita-wanita feminin, seperti teman-teman dekatku. tapi saat SMA, aku memangkas pendek rambutku seperti laki-laki, aku bermain gitar dan gandrung dengan musik keras (sampai sekarang). tidak ada keinginan untuk pacaran. Tapi keadaan itu tidak bisa dihindari. Selama beberapa bulan aku merasa aneh, dan aku sadar sebenarnya yang aku rasakan adalah “apakah aku pantas mendapatkan perlakuan seperti ini?mendapat perhatian dan segala macam,” tapi aku malah merasa “seharusnya aku yang memberi perhatian”.”kamu tidak ingin kerumahku?baiklah aku yang kerumahmu dan aku yang akan bertemu dengan kedua orangtuamu.”dan selalu merasa bersalah karena aku terlalu cuek dan akhirnya pihak laki-laki ngambek(atau pura-pura ngambek). Ya aku diamkan saja. aku tidak bakalan ngambek karena ngambek bukan salah satu pemecahan masalah.

yah pada intinya selama pacaran atau entah apa namanya itu, aku sama sekali merasa tidak pantas mendapat perhatian itu, karena seharusnya aku yang memberi.”aku anter kamu pulang ya?” aku berkata seperti tanpa mundur kebelakang dan berlaku sebagai yang dibonceng. Alhasil pihak pria ngambek. Dan aku bingung. Aku tau pria merasa berarti (merasa menjadi pria) ketika dia bisa memberikan peran. Tapi aku juga ingin posisi itu. posisi memberikan tumpangan, posisi memberikan tempat duduk dalam bis, posisi “kamu capek?kamu duduk aja dsini biar aku yang berdiri”. Tapi mana ada pria yang ingin di perlakukan seperti oleh wanitanya, mereka tidak akan terlihat kuat dihadapan wanitanya. Mungkin ada yang tidak percaya..tapi sebenernya itu yang aku rasakan.

Sepertinya banyak perempuan yang memiliki perasaan seperti itu. bisa karena mereka lesbian. Atau karena mereka tidak mendapatkan laki-laki yang tepat, sehingga belum cukup untuk membuat mereka  merasa seperti seorang wanita, tepatnya seorang gadis, muda, yang pantas disayangi.

Dan aku bukan lesbian.haha

Pernahkah, kalian merasa. “aku ingin jadi laki-laki saja, mereka lebih simple dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar”. (selain karena laki-laki tidak datang bulan)
Bukanya mau meremehkan kemampuan wanita. Wanita juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan anak mereka ketika dalam kandungan. Dan banyak juga tokoh-tokoh wanita legendaris yang inspiratif .

Itu yang sering aku pikirkan.”jika aku dilahirkan kembali, aku ingin jadi laki-laki”.

Dan aku menyesal. Tau apa yang aku sesalkan? Kenapa aku tidak bersyukur sebagai perempuan??.

Aku mulai mencoba mensyukuri. Dan sepertinya aku harus mendengar keluh kesah teman laki-laki ku tentang sisi buruk terlahir sebagai laki-laki. Terutama untuk mereka yang agak ‘keibuan’.

Bukanya ingin saling mengutuk ciptaan Tuhan. Kami hanya akan bertukar cerita agar kami saling mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan.

Dan tulisan tentang rok, membawa aku kesini.


Ada tulisan ini:
Cowok pakai baju cewek : “suit,suit, mau kemana cyiiin~”
Cewek pakai baju cowok : “wah, keren. Boleh juga”
--------------
Cowok bawa beban buerat : “ah, biarin, emang harusnya gitu”
Cewek bawa beban berat : “duh,kasian sini saya bawain”
-------------------
Cowok nangis : “yaaah, nangis ya?kayak cewek aja lu,hahaha”
Cewek nangis : “udah..udah, jangan nangis lagi”
------------------------
Cowok jadi fashion designer : “pastiii...=_=(kebayang ivan gunawan)”
Cewek jadi fashion designer : “wah, pasti cantik”


----------------------
Cowok ‘oneng’ : “duh, mau dikasi makan apa ntar keluarganya”
Cewek ‘oneng’ : “gapapa,yang penting cantik”.

Hahahha, untuk yang terakhir tidak usah dimasukin ke hati. Cuma guyonan.

Mungkin memang aku belum menemukan siapa aku sebenernya. Alias masih ababil a.k.a kimcil =_=
Tapi ada quote begini
“Life is not about FINDING yourself. It’s about CREATING yourself”
Kalau memang itu aku yang dulu yang membuat aku yang sekarang, itu ya memang sudah aku. Ya yang begini ini aku.

“berhentilah menyesali staus gendermu. Sebenarnya tidak ada yang perlu disesali, kamu hanya belum selesai menciptakan karaktermu.”

Kutipan dari postingan sebelumnya. Nyamanlah menjadi diri sendiri. tidak menjadi masalah jika aku adalah perempuan yang ke laki-lakian. Yah selama orang masih menerima :p

Mungkin terlalu cepat (atau terlalu lama dan panjang) untuk selesai. Tapi..
Terimakasih sudah membaca :D. Ini hanya unek-unek yang sering berputar-berputar di kepala yang mungkin ada perlunya ditumpahkan. Aku yakin orang lain bahkan temanku TIDAK akan tertarik jika aku membicarakan hal ini. Jadi ada baiknya ditulis saja. Kalau mau dibaca silahkan jika tidak ya tidak apa-apa, tidak ada yang memaksa.

Nyamanlah menjadi diri sendiri J



2 comments:

  1. dini keren dengan cara dini sendiri.
    pakai rok, terlihat feminim itu mungkin beban buat dini. tapi cara dini pake seragam waktu sma keren kok dan tetep keliatan cewek.

    hmm. buat rok, hmm.. berat.
    gimana kalo sekalikali kamu ikut aku kuliah din? bisa liat rok macem-macem jenis. jadi kalo misalnya ibumu punya kain,... yaaa gitu lah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kak ausi..
      terima kasih juga udah mau baca TT_TT
      pengen si :D, cuma untuk lihat cewek2 cantik pake kerudung untuk kepuasan tersendiri..emm,maksudku, ngeliat sesuatu yang indah kan membangkitkan inspirasi..haha

      Delete