Semester 2 ku.
Dan benar. Ip ku turun 0,2. Mungkin itu selisih yang tidak
berarti. Tapi untuk ip, beda 0,05 pun berharga.
Semester 2 ini aku merasa lebih ngoyo. Ngoyo bisa berarti
mburu dan gag santai. Iya sih, itu definisi yang tepat. Tapi entah kenapa,
semakin aku ngoyo justru hasilnya semakin tidak memuaskan. Kenapa?. Aku sendiri
juga tidak tau..
Sebenarnya aku menerima. Tapi yang membuat aku tidak terima
adalah. Temanku mendapat ip 4. Magna cumlaude. Sempurna. Yah, aku tidak
membenci temanku itu, tetapi aku merasa seperti semakin tertohok. Kemampuan,
karakter gambar dan selera kami berbeda, apakah aku harus menyamakan karakter
gambarnya dan seleranya agar aku juga mendapat nilai yang tinggi?. Setidaknya
cukup tinggi untuk menyamai nilainya. Kemampuan bisa dilatih, bahkan jika
mampu, kemampuanku bisa melebihi kemampuanya, tapi apakah pihak yang ‘berwajib’
akan menyukai karakterku gambarku?.
Senior bilang “kalo kamu terpaku sama penilaian dosen,
karaktermu bakal mati.”
Kata-katanya betul juga. Tapi kalau dapat ip aja nggak
gimana mau cepet lulus?=_=
Sebenarnya aku tidak mau menjadikan hal itu sebagai masalah.
justru sebagai batu loncatan agar aku bisa berkarya lebih, entah itu gimana
caranya, selama orangtua masih merestui..
A : “emang seni bisa dinilai?”
Aku : ”.......”
A : “nah, gag bisa kan? Kayaknya agak percuma juga kamu
sekolah di sekolah seni”
JLEB
Yah, percakapan yang sudah biasa dan lumrah.
“Maaf ya, aku di sini mengambil jurusan desain interor. ITB
juga ada desain interiornya. Berarti gag percuma juga aku mengambil jurusan itu
di sini, karena lebih deket daripada harus ke ITB.” Alasan paling singkat yang
masuk akal.
Atau kalau mau dijabarkan: Desain interior berdiri diantara
teknik dan seni. Kalau seni nya saja yang dipelajari, desain tidak akan
memiliki fungsi. Kalau tekniknya saja yang di pelajari desain tidak akan
memiliki nilai estetis. Semua orang bisa menjadi desain interior tanpa harus
sekolah desain. Tapi mereka tidak akan memiliki teknik dan sense of art atau intuisi setinggi
yang dimiliki oleh yang bersekolah.
Paling tidak, mata kuliah di jurusan desain interior tidak
semua-semuanya dinilai dari sisi seninya.
Oh, aku tidak tau untuk di jurusan lain seperti seni lukis
terutama untuk yang aliran ekspresionis =_=.
Kembali ke ip
Untuk aku pribadi dan bukan untuk siapa-siapa, sebenarnya ip
bukan masalah yang penting masih aman untuk melanjutkan ke semester berikutnya.
Tapi untuk orang tuaku?. Aku seakan-akan mengharapkan mereka
marah, tapi mereka hanya menghela nafas. Mereka tidak terlihat begitu
mempersoalkan ip ku, mereka diam. Tapi karena aku sudah merasa melibatkan
perasaan orangtua ku, aku menjadikanya sebuah masalah. Stereotype nya adalah
seorang anak harus mempersembahkan nilai/ip yang tinggi kepada orangtua mereka,
agar kita senang karena mereka juga merasa bangga dan senang.
Dan aku merasa bertanggung jawab akan tugas itu, meskipun
orangtuaku, mungkin, tidak mempersalahkan hal itu. “kamu sendiri tau mana yang
terbaik buat kamu, karena ini jalan yang kamu pilih sendiri.”
Oranguaku ingin aku sekolah kedokteran. Tapi aku malah
meminta untuk sekolah desain interior. Pantaskah kalau aku mendapat nilai yang
rendah sedangkan desain sendiri adalah passionku?.
Aku ingin cepat lulus dengan ip terbaikku.3,5 tahun. Paling lama 4,5 tahun. Aku ingin
cepat kerja. bahkan sekarang aku sudah ingin bekerja.
Maksudku, nyambi. Tetapi bukan di ranah interior.
Tapii..
Nasehat senior (lagi) “dek, kalo orangtua masih mampu,
mending gag usah kerja dulu, ntar kayak aku,hahaha,” dia jurusan DKV dan sudah
7 tahun, baru lulus kemarin.”emang banyak anak sini yang gag lulus2 gara2
kerja, malah sampai ada yang di DO.” Yah, DO tapi uda ada kerjaan tetap -_-
Dan yang aku mau adalah, kuliah sambil kerja tapi cepet
lulus.=_=. Oke, orangtuaku gag ngebolehin “halah, nanti ajalah, sekolah dulu.”
Tapi, entah kenapa aku memiliki perasaan dimana aku bertanggung jawab membantu
orangtua ku dengan membiayai hidupku dengan kerja kerasku sendiri. yah, okelah
sekolah masih dibayari, tapi untuk uang saku?aku seperti merasa ‘udah segede
gini duit masih minta.’ Yah, walaupun orangtua tidak keberatan. Dan diantara
perasaan orangtuaku yang mungkin seperti ini “kami berharap anak kami bisa
membuat kami bangga dengan nilai yang tinggi, bukan dari usahanya untuk mencari
uang sendiri selagi kami mampu.”
Oh tidaaaaaaaaak!
Lagi-lagi dilema.
Oke din. Gausah dibuat ribet. Simpel aja sih. Jalanin aja
dulu. Kalau ini passionmu pasti nanti jalanya akan lebih mudah. Asal FOKUS.
tupai bisa jatuh, kucing bisa terpeleset, Mac bisa kena
virus dan IP bisa turun.
Gag nyambung =___=.
Jadi, nasehat untuk diriku sendiri ‘kalau punya masalah, dipikir lagi aja, siapa
tau itu bisa jadi motivasi diri sendiri untuk jadi pribadi yang lebih baik.
Jangan jadiin keterbatasan sebagai penghalang. Pasti selalu ada jalan lain untuk
menikmati apa yang kamu inginkan.”
Kalo kata Ahmad Fuadi “bersyukur
dan bersabar.”
Dan kalo kata
mbak Kelly Clarkson “what doesn’t kill you makes you stronger.”
:D.ZZ
kayaknya ga jauh beda, soal aku teman dan ip
ReplyDelete