my page

Sunday, August 12, 2012

Semester 2 ku


Semester 2 ku.

Dan benar. Ip ku turun 0,2. Mungkin itu selisih yang tidak berarti. Tapi untuk ip, beda 0,05 pun berharga.
Semester 2 ini aku merasa lebih ngoyo. Ngoyo bisa berarti mburu dan gag santai. Iya sih, itu definisi yang tepat. Tapi entah kenapa, semakin aku ngoyo justru hasilnya semakin tidak memuaskan. Kenapa?. Aku sendiri juga tidak tau..

Sebenarnya aku menerima. Tapi yang membuat aku tidak terima adalah. Temanku mendapat ip 4. Magna cumlaude. Sempurna. Yah, aku tidak membenci temanku itu, tetapi aku merasa seperti semakin tertohok. Kemampuan, karakter gambar dan selera kami berbeda, apakah aku harus menyamakan karakter gambarnya dan seleranya agar aku juga mendapat nilai yang tinggi?. Setidaknya cukup tinggi untuk menyamai nilainya. Kemampuan bisa dilatih, bahkan jika mampu, kemampuanku bisa melebihi kemampuanya, tapi apakah pihak yang ‘berwajib’ akan menyukai karakterku gambarku?.

Senior bilang “kalo kamu terpaku sama penilaian dosen, karaktermu bakal mati.”

Kata-katanya betul juga. Tapi kalau dapat ip aja nggak gimana mau cepet lulus?=_=
Sebenarnya aku tidak mau menjadikan hal itu sebagai masalah. justru sebagai batu loncatan agar aku bisa berkarya lebih, entah itu gimana caranya, selama orangtua masih merestui..


A : “emang seni bisa dinilai?”
Aku : ”.......”
A : “nah, gag bisa kan? Kayaknya agak percuma juga kamu sekolah di sekolah seni”

JLEB

Yah, percakapan yang sudah biasa dan lumrah.

“Maaf ya, aku di sini mengambil jurusan desain interor. ITB juga ada desain interiornya. Berarti gag percuma juga aku mengambil jurusan itu di sini, karena lebih deket daripada harus ke ITB.” Alasan paling singkat yang masuk akal.

Atau kalau mau dijabarkan: Desain interior berdiri diantara teknik dan seni. Kalau seni nya saja yang dipelajari, desain tidak akan memiliki fungsi. Kalau tekniknya saja yang di pelajari desain tidak akan memiliki nilai estetis. Semua orang bisa menjadi desain interior tanpa harus sekolah desain. Tapi mereka tidak akan memiliki teknik dan sense of art  atau intuisi setinggi yang dimiliki oleh yang bersekolah.

Paling tidak, mata kuliah di jurusan desain interior tidak semua-semuanya dinilai dari sisi seninya.
Oh, aku tidak tau untuk di jurusan lain seperti seni lukis terutama untuk yang aliran ekspresionis =_=.

Kembali ke ip

Untuk aku pribadi dan bukan untuk siapa-siapa, sebenarnya ip bukan masalah yang penting masih aman untuk melanjutkan ke semester berikutnya.

Tapi untuk orang tuaku?. Aku seakan-akan mengharapkan mereka marah, tapi mereka hanya menghela nafas. Mereka tidak terlihat begitu mempersoalkan ip ku, mereka diam. Tapi karena aku sudah merasa melibatkan perasaan orangtua ku, aku menjadikanya sebuah masalah. Stereotype nya adalah seorang anak harus mempersembahkan nilai/ip yang tinggi kepada orangtua mereka, agar kita senang karena mereka juga merasa bangga dan senang.

Dan aku merasa bertanggung jawab akan tugas itu, meskipun orangtuaku, mungkin, tidak mempersalahkan hal itu. “kamu sendiri tau mana yang terbaik buat kamu, karena ini jalan yang kamu pilih sendiri.”
Oranguaku ingin aku sekolah kedokteran. Tapi aku malah meminta untuk sekolah desain interior. Pantaskah kalau aku mendapat nilai yang rendah sedangkan desain sendiri adalah passionku?.

Aku ingin cepat lulus dengan ip terbaikku.3,5 tahun. Paling lama 4,5 tahun. Aku ingin cepat kerja. bahkan sekarang aku sudah ingin bekerja.
Maksudku, nyambi. Tetapi bukan di ranah interior.
Tapii..

Nasehat senior (lagi) “dek, kalo orangtua masih mampu, mending gag usah kerja dulu, ntar kayak aku,hahaha,” dia jurusan DKV dan sudah 7 tahun, baru lulus kemarin.”emang banyak anak sini yang gag lulus2 gara2 kerja, malah sampai ada yang di DO.” Yah, DO tapi uda ada kerjaan tetap -_-

Dan yang aku mau adalah, kuliah sambil kerja tapi cepet lulus.=_=. Oke, orangtuaku gag ngebolehin “halah, nanti ajalah, sekolah dulu.” Tapi, entah kenapa aku memiliki perasaan dimana aku bertanggung jawab membantu orangtua ku dengan membiayai hidupku dengan kerja kerasku sendiri. yah, okelah sekolah masih dibayari, tapi untuk uang saku?aku seperti merasa ‘udah segede gini duit masih minta.’ Yah, walaupun orangtua tidak keberatan. Dan diantara perasaan orangtuaku yang mungkin seperti ini “kami berharap anak kami bisa membuat kami bangga dengan nilai yang tinggi, bukan dari usahanya untuk mencari uang sendiri selagi kami mampu.”

Oh tidaaaaaaaaak!

Lagi-lagi dilema.
Oke din. Gausah dibuat ribet. Simpel aja sih. Jalanin aja dulu. Kalau ini passionmu pasti nanti jalanya akan lebih mudah. Asal FOKUS.

tupai bisa jatuh, kucing bisa terpeleset, Mac bisa kena virus dan IP bisa turun.

Gag nyambung =___=.

Jadi, nasehat untuk diriku sendiri  ‘kalau punya masalah, dipikir lagi aja, siapa tau itu bisa jadi motivasi diri sendiri untuk jadi pribadi yang lebih baik. Jangan jadiin keterbatasan sebagai penghalang. Pasti selalu ada jalan lain untuk menikmati apa yang kamu inginkan.”

Kalo kata Ahmad Fuadi “bersyukur dan bersabar.”

Dan kalo kata mbak Kelly Clarkson “what doesn’t kill you makes you stronger.”

:D.ZZ




1 comment: