Yah,lagi lagi dan lagi dan lagi...
A: ‘kamu pernah pake rok gag sih?”
Aku: “ pernah, tapi sekarang uda jarang.”
A: “kenapa gag dipake terus aja”.
Aku : “lagi bosen pake rok, sekali2 aja pake rok biar gag
bosen”.
A : “ooo, aku seneng lho liat cewek pake rok keliatan......
BLA BLA BLA BLA BLA BLA BLA
Hampir semua cowok yang aku kenal dekat, mereka berkata
begitu,
Kalau mereka temen yang baik, mungkin seharusnya mereka
maklum aku yang apa adanya. =_=
Sebenarnya, aku berbohong =_=. Aku tidak terlalu suka pakai
rok. Entah kenapa. Dari segi kenyamanan, lebih nyaman pakai celana. Dari segi penampilan, aku lebih pede pakai celana.
Apa mereka juga memberi nasihat itu ke semua temen
ceweknya?. Atau Cuma karena aku berkerudung jadi lebih pantas pakai rok?.
Kenapa sih?aku tau maksud mereka. Tapi celanaku longgar-longgar kok =_=.
Jadi selama ini aku pakai rok Cuma untuk menyenangkan hati
yang memberi nasihat. Padahal aku menggunakanya setengah hati.
Lalu..
Kemarin Ibu jengkel karena setiap baju yang ibu jahitkan (di
tukang jahit) tidak pernah aku pakai. Bukanya tidak suka,aku suka bajunya kalau
yang pakai bukan aku. Modelnya terlalu feminin. Dan aku merasa tidak pantas
menggunakan baju-baju seperti itu. “yah situ terserahlah, Ibu ada bahanya pilih
sendiri modelnya”. Dan yang terpikir dikepalaku adalah kemeja. Ya, kemeja
lengan panjang. Aku ingin sekali memiliki beberapa kemeja yang bisa kupakai
untuk kuliah. Dan selama ini yang kupakai adalah blazer dengan model santai.
Tidak terlalu formal tapi sopan. Itu
saja, ingin sekali kemeja-kemeja dengan warna gelap, hijau tua, biruu tua, merah marun, coklat tua, hitam. Dan kalaupun
ada warna terang, aku pilih putih dan putih gading, bukan kuning apalagi pink.
Tapi keinginan itu tertahan, karena Ibu pasti tidak suka aku
memakai setelan seperti itu. kalau untuk Bapak, kelihatanya oke oke saja selama
pantas dan rapi. Beliau pasti punya keinginan anaknya terlihat feminin, yah
paling tidak seperti adik-adikku. Tapi, bagaimana aku sendiri bisa terlihat
feminin kalau aku tidak nyaman memakai pakaian feminin?.
Sudah usaha kok. Untuk terlihat feminin. Rok dan variasi
kerudung aku lakukan, Teman-teman ku berkata aku jadi beda dan cantik. Oke..
dan itu hanya bertahan beberapa minggu, setelahnya aku kembali seperti aku yang
dulu. Aku sama sekali merasa berbeda. Itu bukan aku. Aku hargai mereka yang
berkata “ya ampun, beda din!”. “ih, din kamu jadi cantik lho”. Yah, aku
berterimakasih. Tapi sebenarnya aku merasa tidak nyaman. kalian memuji Dini
yang palsu.
Aku tidak lantas berpikir kalau aku harus benci
teman-temanku karena mereka lebih suka aku yang ‘berubah’. Tidak ada yang lebih
nyaman selain menjadi diri sendiri.
Apa aku salah?.
Dan kemarin aku coba lagi untuk membangkitkan sisi
femininku, yah, karena aku wanita. Terbelilah sepatu wedges warna putih gading.
Aku sendiri malah merasa tidak yakin.”ini akan kupakai berapa kali ya?=_=”.
Tapi akhirnya aku tetap memakai sepatu sneaker warna coklat, modelnya agak
vintage. Sepatu itu aku beli sebelum wedges putih tadi.
Sekali, aku menggunakan wedges saat paduan suara. Aku harus
menggunakan dress merah marun. Polos dan pas di badan. Yah mereka bilang aku
cantik. tapi pujian itu tidak berlaku ketika aku kembali dengan celana dan
blazerku. Jadi sekali lagi. mereka memuji dini yang sedang tidak nyaman dengan
dirinya saat itu.
Sepertinya sejak smp, ketika aku pertama kali meminta rok
pada Ibu. yah, senang, berenda dan cantik. Tetapi begitu kupakai aku merasa
aneh. Seperti tidak seharusnya aku memakai rok. Kecuali rok sekolah. Kemudian sampai
SMA, rok yang kupakai hanya rok sekolah. Itupun aku sobek bagian sampingnya
5-10 cm saat smp. Dan untungnya ketika SMA, bagian samping kanan kiri rok ku
diberi ritsleting yang bisa dibuka sampai atas lutut, ritsleting itu selalu aku
buka sedikit, kira-kira 10 cm. Bukan untuk pamer betis. Betisku tidak bagus dan
kalaupun bagus aku juga tidak akan ada niatan pamer. itu aku buka karena
langkahku panjang-panjang. Terlalu malas untuk berjalan ‘sedikit-sedikit’
seperti menggunakan jarik. Tapi bukan berarti aku memiliki tinggi badan di atas
rata-rata. Dan Ketika kuliah aku minta bertukar parfum dengan bapakku, aku tau
Bapak tidak akan pakai parfumku, tapi aku setiap hari pakai parfum beliau.
Kemudian memakai deodoran pria yang sama dengan bapak dan memakai sampo dengan
label man(laki-laki) karena suka
dengan wanginya.
bisa dibilang tomboy. Yah sebenernya predikat itu ada sejak
smp. Tidak diminta, dan tidak ada harapan untuk minta dipanggil dengan sebutan
tomboy. Karena saat SMP aku masih ada keinginan untuk tumbuh seperti wanita-wanita
feminin, seperti teman-teman dekatku. tapi saat SMA, aku memangkas pendek
rambutku seperti laki-laki, aku bermain gitar dan gandrung dengan musik keras
(sampai sekarang). tidak ada keinginan untuk pacaran. Tapi keadaan itu tidak
bisa dihindari. Selama beberapa bulan aku merasa aneh, dan aku sadar sebenarnya
yang aku rasakan adalah “apakah aku pantas mendapatkan perlakuan seperti
ini?mendapat perhatian dan segala macam,” tapi aku malah merasa “seharusnya aku
yang memberi perhatian”.”kamu tidak ingin kerumahku?baiklah aku yang kerumahmu
dan aku yang akan bertemu dengan kedua orangtuamu.”dan selalu merasa bersalah
karena aku terlalu cuek dan akhirnya pihak laki-laki ngambek(atau pura-pura ngambek). Ya aku diamkan saja. aku tidak
bakalan ngambek karena ngambek bukan salah satu pemecahan masalah.
yah pada intinya selama pacaran atau entah apa namanya itu,
aku sama sekali merasa tidak pantas mendapat perhatian itu, karena seharusnya
aku yang memberi.”aku anter kamu pulang ya?” aku berkata seperti tanpa mundur
kebelakang dan berlaku sebagai yang dibonceng. Alhasil pihak pria ngambek. Dan aku bingung. Aku tau pria
merasa berarti (merasa menjadi pria) ketika dia bisa memberikan peran. Tapi aku
juga ingin posisi itu. posisi memberikan tumpangan, posisi memberikan tempat
duduk dalam bis, posisi “kamu capek?kamu duduk aja dsini biar aku yang
berdiri”. Tapi mana ada pria yang ingin di perlakukan seperti oleh wanitanya,
mereka tidak akan terlihat kuat dihadapan wanitanya. Mungkin ada yang tidak
percaya..tapi sebenernya itu yang aku rasakan.
Sepertinya banyak perempuan yang memiliki perasaan seperti
itu. bisa karena mereka lesbian. Atau karena mereka tidak mendapatkan laki-laki
yang tepat, sehingga belum cukup untuk membuat mereka merasa seperti seorang wanita, tepatnya
seorang gadis, muda, yang pantas disayangi.
Dan aku bukan lesbian.haha
Pernahkah, kalian merasa. “aku ingin jadi laki-laki saja,
mereka lebih simple dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar”. (selain
karena laki-laki tidak datang bulan)
Bukanya mau meremehkan kemampuan wanita. Wanita juga
memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan anak mereka ketika dalam
kandungan. Dan banyak juga tokoh-tokoh wanita legendaris yang inspiratif .
Itu yang sering aku pikirkan.”jika aku dilahirkan kembali,
aku ingin jadi laki-laki”.
Dan aku menyesal. Tau apa yang aku sesalkan? Kenapa aku
tidak bersyukur sebagai perempuan??.
Aku mulai mencoba mensyukuri. Dan sepertinya aku harus
mendengar keluh kesah teman laki-laki ku tentang sisi buruk terlahir sebagai
laki-laki. Terutama untuk mereka yang agak ‘keibuan’.
Bukanya ingin saling mengutuk ciptaan Tuhan. Kami hanya akan
bertukar cerita agar kami saling mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan.
Dan tulisan tentang rok, membawa aku kesini.
Ada tulisan ini:
Cowok pakai baju cewek : “suit,suit, mau kemana cyiiin~”
Cewek pakai baju cowok : “wah, keren. Boleh juga”
--------------
Cowok bawa beban buerat : “ah, biarin, emang harusnya gitu”
Cewek bawa beban berat : “duh,kasian sini saya bawain”
-------------------
Cowok nangis : “yaaah, nangis ya?kayak cewek aja lu,hahaha”
Cewek nangis : “udah..udah, jangan nangis lagi”
------------------------
Cowok jadi fashion designer : “pastiii...=_=(kebayang ivan
gunawan)”
Cewek jadi fashion designer : “wah, pasti cantik”
----------------------
Cowok ‘oneng’ : “duh, mau dikasi makan apa ntar keluarganya”
Cewek ‘oneng’ : “gapapa,yang
penting cantik”.
Hahahha, untuk yang terakhir tidak usah dimasukin ke hati.
Cuma guyonan.
Mungkin memang aku belum menemukan siapa aku sebenernya.
Alias masih ababil a.k.a kimcil =_=
Tapi ada quote begini
“Life is not about FINDING yourself. It’s about CREATING yourself”
Kalau memang itu aku yang dulu yang membuat aku yang
sekarang, itu ya memang sudah aku. Ya yang begini ini aku.
“berhentilah menyesali staus gendermu. Sebenarnya tidak ada
yang perlu disesali, kamu hanya belum selesai menciptakan karaktermu.”
Kutipan dari postingan sebelumnya. Nyamanlah menjadi diri
sendiri. tidak menjadi masalah jika aku adalah perempuan yang ke laki-lakian. Yah
selama orang masih menerima :p
Mungkin terlalu cepat (atau terlalu lama dan panjang) untuk
selesai. Tapi..
Terimakasih sudah membaca :D. Ini hanya unek-unek yang
sering berputar-berputar di kepala yang mungkin ada perlunya ditumpahkan. Aku
yakin orang lain bahkan temanku TIDAK akan tertarik jika aku membicarakan hal
ini. Jadi ada baiknya ditulis saja. Kalau mau dibaca silahkan jika tidak ya
tidak apa-apa, tidak ada yang memaksa.
Nyamanlah menjadi diri sendiri J
dini keren dengan cara dini sendiri.
ReplyDeletepakai rok, terlihat feminim itu mungkin beban buat dini. tapi cara dini pake seragam waktu sma keren kok dan tetep keliatan cewek.
hmm. buat rok, hmm.. berat.
gimana kalo sekalikali kamu ikut aku kuliah din? bisa liat rok macem-macem jenis. jadi kalo misalnya ibumu punya kain,... yaaa gitu lah..
makasih kak ausi..
Deleteterima kasih juga udah mau baca TT_TT
pengen si :D, cuma untuk lihat cewek2 cantik pake kerudung untuk kepuasan tersendiri..emm,maksudku, ngeliat sesuatu yang indah kan membangkitkan inspirasi..haha