my page

Thursday, March 17, 2011

Cerita si gitar

Sepi..

Aku sendirian di rumah, angin masuk lewat jendela, membawa bau matahari yang terik.

Lagi-lagi sendiri. Sepi.

Pagi ini aku melihatnya terbangun. Tidak seperti biasanya. Dia langsung ke kamar mandi, mengambil air wudhu dan melakukan sholat, yang ia sebut tahajud. Jam 3 pagi. Setengah sadar aku memperhatikanya. Terlihat ia sedang menghafal sesuatu. Sepertinya ia sedang belajar. Berkutat di depan buku. Entah itu buku apa. dan banyak terdapat buku-buku yang sepertinya nantinya juga akan ia baca. Aku bermain-main dengan debu yang menempel ditubuhku. Hawa dingin menembus kamar. Nyamanya,benar-benar waktu yang pas untuk tidur kembali. Aku berbincang dengan selimut yang teronggok di lantai. "kenapa dia bangun?". Tanya selimut. aku menunjukan wajah bingung,"apa mukakku ini nunjukin kalo aku tau kenapa dia bangun jam segini?".

Pagi ini kuhabiskan dengan membantin. Kulihat dirinya menaruh kepalanya di meja. Eh, tidur!. Aku segera berpikir bagaimana caranya agar dia terbangun. Oh, aku geser sedikit tubuhku. Drueng...pelan tapi dalam. Senar-senar ditubuhku bergetar. Menghasilkan suara yang cukup mengagetkan. Ternyata memang berhasil. Dia terbangun dan melihat ke arahku. Memastikan apakah posisiku aman bersandar di teralis jendela. Lalu ia melanjutkan membaca...

Terdengar pagar terbuka yang khas. Gemerincing rantai pagar yang terseret dan beradu dengan pagar. Dia pulang. Selalu pada jam ini. Saat matahari berada tepat diatas rumah. Pintu kamar terbuka. Terlihat wajahnya yang kelelahan. Entah itu lelah, bosan, jengkel?. Dia melihat kearah jendela dibelakangku. Menyibak gorden dan membuka jendela itu..wuuuzz, angin menyegarkan kamar yang tadinya begitu sumpek. Dia membenarkan posisi bersandarku di teralis jendela. Melihat jam dinding, lalu bergegas untuk sholat. Tapi terkadang dia tidur-tiduran dulu, sambil sesekali melirik ke arahku. Memainkan handphonenya. Terpejam kemudian terjaga lagi, baru kemudian memutuskan untuk sholat, Padahal waktu sudah mulai menunjukan pukul 2 siang. Setelah itu entah apa kegiatan yang dia lakukan diluar kamar. Aku tak bisa melihatnya. Sepertinya ia makan. Kadang terdengar suara tv dinyalakan, tapi Cuma sebentar. Dia bukan tipe orang yang senang menonton televisi. Kembali ke kamar. Melihat jam. Membuka buku. Hanya beberapa menit. dia terlihat bosan. Memang, berada di rumah sendirian. Tapi peranku cukup membantu. Aku senang bisa membuat dia merasa tentram. Dengan genjrengan-genjrengan yang ia buat bersamaku. Bernyanyi tak tentu nada. Sampai pada akhirnya dia menaruhku begitu saja di lantai. Ditinggalkan terlelap. Menjengkelkan. Tapi biarlah.

Sepanjang sore aku tergeletak di lantai. Dingin. Di luar kamar mulai terdengar suara penghuni rumah yang lain. Penghuni rumah itu memasuki kamar tempatku tergeletak. Dia menyebutnya 'ibu'. Ibunya mengatakan beberapa patah kata. Tapi sepertinya dia tidak begitu menangkap maksudnya. Setengah sadar.

Dia terbangun. Mendapati langit yang gelap diluar jendela. Dia tampak menyesal karena telah melewatkan ashar. Ketika dia turun dari kasur, tubuhku tertendang. Menimbulkan suara berdecit dibawah tubuhku. Antara kayu dengan debu pasir. Sedikit agak limbung, dia menyandarkanku di teralis jendela seperti siang tadi. Sebentar-sebentar melihat ke arah jam dinding. Dia menghitung waktu, berapa lama ia tertidur. Sekitar 3 jam.

Lagi. Dia berkutat di meja belajarnya. Menghafal, mencatat, menghafal. Dia terlihat lebih senang menghafal. Tidak suka menghitung. Kemarin saja dia menggunakan kalkulator untuk menghitung 36 dikali 5. Bukannya menyombong. Aku pun tidak bisa menghitung.

Malam ini pun dia habiskan dengan belajar. Aku harap perjuanganya itu tidak sia-sia. Aku mengharapkan suatu hari nanti ada hari dimana dia akan bermain denganku seharian...

Besok aku akan menemui siang yang sepi lagi. Ah, membosankan.

No comments:

Post a Comment