my page

Tuesday, March 19, 2013

DOUBLE PASSION


Entah aku yang terlalu naïf atau polos. Aku selalu gagal menerjamahkan perasaan-perasaan seperti ini. Dimana aku merasa membutuhkan bantuan, tetapi selalu bersikukuh dengan egoku. Hah, siapa yang akan datang membantu? Tidak ada.

Pada dasarnya perasaan ini terus ada. Perasaan untuk mendatangi apa yang aku butuhkan. Saat itu juga. Sekarang. Tidak bisa ditunda. Tapi saat itu yang aku butuhkan memang ‘tidak ada’. Objeknya belum valid. Jadi, aku harus mendatangi apa?. maka dari itu aku memilih untuk sombong dengan kemandirianku.
Lalu, peluru titik jenuh menembus kepalaku. Semangatku seakan tersedot. Passionku menguap. Tidak ada hal yang kulakukan dengan sepenuh hati, kecuali makan dan berdoa. Aku bertanya padaNya, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa jadi begini?aku harus kemana?apa yang aku butuhkan?. Bahkan! Bahkan aku bertanya, “apa yang aku butuhkan?”. Butuh apa kamu, din?. Teman-teman baik padamu, materi ada, makan mu selalu cukup, waktu santaimu juga masih ada, apalagi? Kedua orangtua mu sehat, kuliahmu lancar. Apaa?apalagi?

Apakah salah jika aku berkata, “aku butuh dia”?.

Satu orang yang bisa membuat semangatku kembali,  yakin dengan passionku dan sadar jika hidup tidak melulu tentang target materi.
Itu kenapa aku selalu ingin disampingnya. Aku merasa nyaman. Tenang,  walaupun saat itu dia sibuk dengan PES atau hp nya. Sedikit kesal memang. Tapi itu terbayar dengan perasaan nyaman karena aku ada di dekatnya.

Terkadang sesuatu memang harus berjalan tidak lancar agar aku mau terus belajar. Penyesalan pasti di akhir. Dan rasa-rasa sesal itu membangkitkan selera untuk menyalahkan diri sendiri. Saat itu aku genggam tanganya, menatap matanya yang balik menatapku, “aku harus semangat lagi!”. Aku yakin untuk bisa semangat kembali.

karena aku berterimakasih padanya. aku juga harus berterima kasih padaMu. Entah apa yang tersimpan di dalam dirinya, rasanya pancaran itu selalu ingin kutangkap dan memang hanya untuk aku.

Awalnya sepele. Bisa saja aku tetap berdiri sendiri sampai sekarang, tapi bagaimana aku menjalaninya, aku tidak mau membayangkanya.

No comments:

Post a Comment