Kisah kecilku. Haha,gag begitu menyenangkan. Tapi pengalamanku yg ini gag bakal pernah aku lupain seumur-umur.
Jadi..
suatu hari, ibu dan bapakku menitipkanku pada seseorang dirumah. Sebut saja 'mbak'. Mbak jadi baby sisterku. Aku dirumah bersama mbak, sedangkan kedua orang tuaku bekerja, dan seingatku, adikku belum ada. Mungkin saat itu aku masih berumur 4 tahun atau 5. Aku bermain sendiri dikamar. Lalu mbak menyuruhku membelikan es teh di warung sebelah. Waktu itu gedung SD blm dipagar semua, dan ada yg berjualan dekat situ. Itu pertama kalinya aku keluar rumah sendiri, disiang bolong yg panas. Aku harus melewati kebon untuk sampai disana. Mbak aneh sekali, aku masih kecil dan mbak sudah besar, knp mbak tidak beli sendiri?. Aku menolak. Tapi mbak memaksa. Ia menyodorkanku uang keping 500. Dan aku keluar rumah. Melewati kebon singkong yg terasa seperti hutan bagiku karena tubuhku yg mungil. Lahan gedung SD itu dataranya lebih tinggi dari dataran disekitar rumahku.jadi aku harus memanjat untuk sampai di warung itu. Cukup mudah, karena seringnya orang yg lalu lalang, tanah itu membentuk pijakan sendiri. Dan akhirnya aku sampai. Aku segera memesan es teh manis sesuai pesan mbak. Tapi entah kenapa suaraku seperti tidak dihiraukan. Tak heran, saat itu banyak anak SD yg membeli jajanan disitu. Selain suaraku tak sekeras mereka, badanku juga tak sebesar mereka. Jadi aku menunggu sampai agak sepi. Satu persatu makhluk bersekolah itu pergi, tinggal beberapa saja. Ibu yg menjaga warung itu ramah. Aku segera memesan es teh manis dan menyerahkan uang keping 500. Ibu itu menyerahkan es teh dalam plastik dan memasukanya dalam kresek hitam serta kembalianya. Aku kembali ke jalan tadi. Senang sekali bisa melakukan sesuatu di luar rumah sendirian. Lalu aku terhenti pada jalan yg aku panjat tadi. Tak kusangka. Biasanya aku digendong ketika aku menuruninya. Aku bisa naik tapi tak bisa turun. Bagaimana ini??. Tinggi sekali. Ibu yg menjaga warung cukup jauh dari tempat ini. Lalu aku terpikirkan untuk meluncur saja. Agak landai memang. Tak apalah kotor sedikit. Aku berlari melewati kebon dan sekejap dirumah. Aku pikir mbak akan memujiku. Ternyata ketika mbak melihat bajuku kotor dia marah sekali. Menurut apa yg ditangkap kuping kecilku, sepertinya mbak malas mencucinya karena pasti noda tanahnya sukar hilang. Kemudian mbak menagih es teh manisnya. Dan aku berikan dengan kembalianya juga. Tiba2 saja mbak berteriak, "KENAPA NGGAK DINGIN?!!", setauku itu dingin dan aku merasakan dgn tanganku sendiri. aku cuma terdiam dan berkata "emang daritadi gitu kok". Lalu aku teringat, aku diam cukup lama di tanjakan tadi,mungkin udaranya yg panas membuat es nya mencair dan teh nya tidak sedingin tadi.Aku merunduk. Mbak terlihat sangat marah. Lalu mbak melempar es teh yg masih dalam kresek itu ke taman kolam yg ada di dalam rumahku. PYAAR!!. cipratan air dinginnya mengenai mukaku. Kemudian mbak menampar pipi kananku. Mbak mengoceh terus. Suaranya tidak enak didengar. "Kalo mbak pengen yg dingin kenapa ga beli sendiri?"batinku. Lalu mbak meninggalkanku dirumah. Mungkin ingin membeli es teh manis itu sendiri.
Kejadian ini tidak pernah aku lupakan. Bahkan beberapa tahun setelahnya, aku masih bisa merasakan tamparan mbak saat itu. Tapi sekarang sudah tak begitu kupikirkan.
Banyak memori yg tidak menyenangkan bersama mbak. Aku tidak suka mbak. Aku lega saat mbak baru datang menggantikan mbak lama. Aku tidak langsung cerita ke orang tuaku. Aku baru cerita itu waktu aku SMP. Dan akhirnya ibu dan bapak mengetahui apa yg mungkin membuatku menjadi pendiam, gampang minder dan tidak periang seperti sebelumnya.
Terkadang, ketika aku sedang sendirian di rumah, apalagi saat siang bolong, aku teringat peristiwa itu lagi. Andai saat itu tubuhku lebih besar. Atau aku lebih pintar, pasti mbak akan kulawan. Melawan monster jahat yg menjahati anak-anak. Hahaha..
No comments:
Post a Comment