Tolong.
Beritahu aku, ceritakan padaku. Selagi aku masih mau
mendengar, berusaha untuk mengerti dan menerima.
Aku manusia. Aku lupa.
Kamu manusia, aku manusia. Aku lupa, kamu lupa.
Kamu manusia, aku
manusia. Aku mengingatkakn, kamu mengingatkan.
Kamu manusia, aku
manusia. Aku mengerti, kamu mengerti.
Kamu mengerti, aku
mengerti. Aku percaya, kamu percaya.
Kamu percaya, aku
percaya. Aku menghargai, kamu menghargai.
Kamu menghargai, aku
menghargai. Aku sayang, kamu sayang.
Terlihat di kata. Terasa di penglihatan.
Dia kepayahan karena menyadari , “jika aku hanya bisa
mengerti dengan melihat, kenapa aku harus mengerti dengan hati?”
Kamu gag ngerasa?!
Dia ditampar.
Maaf.
Aku manusia yang terbiasa dengan apatisme. Sebuah gundukan
ketidakpedulian yang mengendap dalam diriku. Yah, aku memang homo sapiens
dengan label “super-ego: error”. Data data eksternal yang aku miliki tidak
cocok dengan apa yang aku hadapi. Sampai seseorang berusaha memberiku data-data
internal yang ia miliki untuk melengkapi data eksternalku yang rusak.
Padahal aku hidup dengan banyak manusia lainnya. Jadi selama
ini, Pantaskah aku hidup bersama mereka?.
Hidup. Sebagian temanku bertanya “apa itu hidup?”.
Dan saat ini aku memilih : Hidup itu melengkapi.
Apa cocok dengan apa. Siapa cocok dengan siapa. Siapa harus
melengkapi siapa. Siapa harus dilengkapi siapa.
Air matanya menetes.
Tak apa, manusia memang di anugerahi untuk bisa meneteskan
air mata untuk membuang kotoran di mata dan membersihkan toksin yang mengendap.
Tapi dalam konteks ini, meneteskan air mata yang mengeluarkan kesedihan. Menyesal.
Menyesal itu menyedihkan. Sedih itu sakit. Sakit hati. Kenapa aku secuek ini
untuk orang yang aku sayangi?.
Hah. Omong kosong. Sakit hati karena hatimu sendiri.
Hati?
Bahkan hati adalah pelengkap akal. Apakah hati bisa salah?apa
mungkin aku yang terlalu bodoh dan naif?
Tidak, hati hanya
merasakan.
Akal yang menerjemahkan.
Aku ingin, apatisme ini berhenti menggerogoti hati yang menumpulkan
kemampuan akal untuk menerjemahkan.
Tolong..
Beritahu aku,
ceritakan padaku. karena aku mau mendengar, berusaha untuk mengerti dan
menerima.