my page

Tuesday, December 4, 2012

Anginku


Bara api dan asap kecil yang menyertai menjadikan ia angin yang tak biasa ku kenal.


awal semester 1
aku kenal dia sebagai sosok yang aku kagumi. Seperti seorang junior yang kagum pada seniornya. Dari cara dia berpenampilan, cara dia membawa diri, cara dia menyampaikan celetukan di tengah perkuliahan.
Beberapa kali aku duduk disebelahnya. Mungkin dia tidak sadar dengan ‘kehadiranku’.
Tidak ada yang tahu

Semester 2
Tanpa sadar aku berada di perkumpulan ini. Para mahasiswa dan mahasiswi seperjuangan. kos laki-laki dekat kampus.
Ada angin itu
masa bodoh. Pikiranku saat itu. memang dia ‘lihat’ aku? . lagipula aku dengar dia sudah ada yang punya.
Dari pertemuan satu ke pertemuan lainya. Hahaha. rasa kagumku memang tidak hilang entah itu tergeser atau bertambah.  Karena di memecahkan imej yang sudah kubentuk. Aku suka bagian ini. anak seni rupa, dikelilingi perokok, tidak merokok. Semakin menarik.

***

Akhir semester 2
Kuakui saat itu juga aku sedang berharap pada seorang pemuda. Pemuda yang (tadinya aku pikir) bisa merubahku menjadi wanita tulen.
 Tapi justru semakin aku cari, semakin non-sense. Semakin aku kenal pemuda itu, semakin aku tau apa arti menjadi diri sendiri.
nyamankah jika kamu memiliki sahabat (lawan jenis) yang kamu kenal dari bagus, koplak sampai gilanya kemudian yang dulunya mencela berubah menjadi orang yang halus lembut perkataan, malu-malu di depanmu, menunggu dipancing dulu, tidak berkata blak-blakan lagi ,karena dia tau kamu punya perasaan terhadapnya. Menurutku, itu hal yang tidak diharapkan dan tidak nyaman.

Lalu munculah perasaan itu. bukan pemuda ini.

Dan setelah aku pikir lagi, untuk kedepannya, aku takut posisiku berubah menjadi ‘bapak ’ karena kepribadianya. Memang aku ingin memiliki posisi itu, tapi tidak dengan kodrat ini -_-.

Angin. benar-benar seperti angin yang berhembus dikepalaku. terlintas. Orang ini memang hanya lewat.
Kami memulai percakapan. Tentang pemuda itu. reaksinya selalu heboh. Saat itu aku tidak sadar atau bisa dibilang belum sadar.


Semester 3
Aku sebut ini dengan awal dari awal. Sisa-sisa cerita pemuda itu masih hangat, padahal dikepalaku itu sudah mendingin.
Lagi dan lagi. aku menunggu. Dulu aku bersumpah untuk tidak ingin kembali pada laki-laki itu. laki-laki yang terus-terusan bolak-balik entah apa maksudnya.

‘Jangan pernah terlalu membenci’ . kenapa? Takut kemakan omongan. Menjilat ludah sendiri. Dan saat itu aku sedang menggerogoti omongan ku sendiri.

Kapan?kapaan? kapan kamu putus sama pacarmu yang kamu curhatin ke aku itu, yang kamu bingung cara ngadepinya itu, yang kamu minta advice gimana cara menghadapi dia itu dan yang kamu bilang mirip aku ituuu. KAPAAAN?!

Hah, bodo amat. Memang apa yang akan aku lakukan? Apa yang mau aku lakukan kalau laki-laki itu kembali? . pacaran? Mau menghadapi lagi masalah yang sama? Aku masih capek. Masih kapok. Dan masih ingin sombong dengan kemandirianku.

Tapi di sisi lain aku terus berharap

Angin. Benar-benar seperti angin yang berhembus dikepalaku. Sekedar lewat.
Bukan. Jangan hanya lewat.
Jangan.

Oktober 2012
Perkuliahan membuatku lupa sekaligus jenuh. ‘Adakah sesuatu yang seharusnya aku butuhkan sekarang?’
Aku tidak tahu. Bukan tidak tahu.
Tidak paham.
Modul party
Karena salah satu mata kuliah, aku sering diskusi denganya. Senang, bisa bertukar pikiran. Gampang diajak bicara tentang ‘menurutmu’,’ sebaiknya’, ‘bagaimana’ dan ‘ternyata’. tidak melulu cerita tentang ‘dulu’ atau keahlian spesial yg dipunya seperti pemuda itu. orang sebelum ini.

Dia bisa dominan. Memimpin.
Rasa kagum itu kembali.

Sejak kapan aku mengharapkan orang ini. Angin ini. Yang kelihatanya bahkan, mmengharapkan saja rasanya tidak mungkin.
Setauku juga dia masih bersama  nona.
Dan sejak kapan juga aku sangat iri dengan sahabat terdekatnya yang juga sahabatku. Dia beruntung. Bukan cemburu. Hanya berharap ..
“coba kalau ada angin-angin yang lain”
Aku butuh
Tapi dimana lagi?kemana lagi?kapan lagi?SIAPA lagi?

Sejak kapan kami sedekat ini?
Mimpi? Jangan.. jangan Cuma mimpi, aku ingin ini nyata

 Bangun din, kamu bermimpi. Tidak mngkin dia selalu ke rumah karena mencariku. Tidak mungkin dia selalu berada di dekatmu dan menyampaikan kata-kata itu. jangan-jangan dia...

Jangan terbawa din, tahan dirimu. Tidak lihatkah kamu kalau dia sedang mengejar pujaanya yang lain? Dia bercerita kalau akhir-akhir ini dia merokok karena stress. Apa yang dia pikirkan?

Lebih tepatnya, siapa yang dia pikirkan?. Kenapa aku berfikir kalau orang itu aku,

Bukan kamu orangnya..sadar.
Tapi aku terlanjur berharap.sangat.


13 November 2012
Aku merasa seperti terbangun dari tidur 1000 tahun. Yang aku lihat dengar dan rasakan benar-benar berbeda. Berubah. Tidak ada yang memprediksi. Bahkan akupun tidak.
Dia di depanku. berdiskusi.
Tentang kami.
Aku tidak ingin bangun dari tidur ini.
Aku memang tidak perlu bangun tidur karena ini bukan mimpi.


“waaah selamat ya, kamu sekarang mendapatkan dia”. Kata salah satu sahabatku.
Kalimat itu, entah kenapa seperti sebuah tusukan. Aku merasa seperti memenangkan lomba merebut hati lelaki. Padahal aku sama sekali tidak melakukan apa-apa. Mendapatkan?memangnya aku menjaring?

November akhir
Sebenarnya ini bukan masalah yang dibesar-besarkan.
Aku hanya ingin tau alasanya, kenapa dia memulai
Dia memainkan rokok ditanganya
Rasanya kakiku melemas

****
Apa yang membuatnya memulai?. Aku kenal dia yang dulu. Kenapa baru sekarang? apa masalahnya di aku? Apa sumber stressnya ada di aku? Apa aku kurang perhatian jadi aku harus melarangnya mati-matian?
Kenapa sekarang?kenapa saat ada aku? Kenapa tidak dari dulu?padahal nona mu yg dulu jauh, yang pastinya dia tidak akan melihatmu merokok

Kakiku lemas, tanganku dingin gemetar, pandanganku tidak fokus .
rasanya seperti melihat kecelakaan berdarah di depan mata.
Seperti melihat binatang peliharaan sekarat..
Perasaan apa ini?
takut?sedih?shock?
atau kecewa? Sebenarnya apa?
aku tidak biasa melarang. Rasanya melarang dia merokok, seperti aku melarang diriku sendiri untuk minum kopi. Nyaris tidak bisa.
Kenapa?apa itu bentuk dari cari perhatianmu?

Desember 2012
sampai sekarang, aku masih merasa seperti orang yang baru bangun tidur 1000 tahun. tiba-tiba semuanya terbalik dan sudah terjadi. 
kapan terakhir kali aku melihat dia sebagai seorang teman, sebagai seorang yang pernah aku harap-harap tanpa kepastian, sebagai orang yang tidak pantas berharap.

Sebenarnya sudah lama aku merasa nyaman dengan orang ini, sejak aku merasa butuh.
Tadinya, aku pikir dia akan sama dengan seseorang. Ternyata berbeda jauh.

Aku nyaris tidak perlu komplain dan menuntut apa-apa lagi, kecuali satu itu...

Bara api dan asap kecil yang menyertai menjadikan ia angin yang tak biasa ku kenal.