my page

Tuesday, July 31, 2012

Nyamanlah menjadi diri sendiri


Yah,lagi lagi dan lagi dan lagi...
A: ‘kamu pernah pake rok gag sih?”
Aku: “ pernah, tapi sekarang uda jarang.”
A: “kenapa gag dipake terus aja”.
Aku : “lagi bosen pake rok, sekali2 aja pake rok biar gag bosen”.
A : “ooo, aku seneng lho liat cewek pake rok keliatan......
BLA BLA BLA BLA BLA BLA BLA

Hampir semua cowok yang aku kenal dekat, mereka berkata begitu,

Kalau mereka temen yang baik, mungkin seharusnya mereka maklum aku yang apa adanya. =_=
Sebenarnya, aku berbohong =_=. Aku tidak terlalu suka pakai rok. Entah kenapa. Dari segi kenyamanan, lebih nyaman pakai celana. Dari  segi penampilan, aku lebih pede pakai celana.

Apa mereka juga memberi nasihat itu ke semua temen ceweknya?. Atau Cuma karena aku berkerudung jadi lebih pantas pakai rok?. Kenapa sih?aku tau maksud mereka. Tapi celanaku longgar-longgar kok =_=.

Jadi selama ini aku pakai rok Cuma untuk menyenangkan hati yang memberi nasihat. Padahal aku menggunakanya setengah hati.

Lalu..

Kemarin Ibu jengkel karena setiap baju yang ibu jahitkan (di tukang jahit) tidak pernah aku pakai. Bukanya tidak suka,aku suka bajunya kalau yang pakai bukan aku. Modelnya terlalu feminin. Dan aku merasa tidak pantas menggunakan baju-baju seperti itu. “yah situ terserahlah, Ibu ada bahanya pilih sendiri modelnya”. Dan yang terpikir dikepalaku adalah kemeja. Ya, kemeja lengan panjang. Aku ingin sekali memiliki beberapa kemeja yang bisa kupakai untuk kuliah. Dan selama ini yang kupakai adalah blazer dengan model santai. Tidak terlalu formal tapi sopan.  Itu saja, ingin sekali kemeja-kemeja dengan warna gelap, hijau tua, biruu tua,  merah marun, coklat tua, hitam. Dan kalaupun ada warna terang, aku pilih putih dan putih gading, bukan kuning apalagi pink.

Tapi keinginan itu tertahan, karena Ibu pasti tidak suka aku memakai setelan seperti itu. kalau untuk Bapak, kelihatanya oke oke saja selama pantas dan rapi. Beliau pasti punya keinginan anaknya terlihat feminin, yah paling tidak seperti adik-adikku. Tapi, bagaimana aku sendiri bisa terlihat feminin kalau aku tidak nyaman memakai pakaian feminin?.

Sudah usaha kok. Untuk terlihat feminin. Rok dan variasi kerudung aku lakukan, Teman-teman ku berkata aku jadi beda dan cantik. Oke.. dan itu hanya bertahan beberapa minggu, setelahnya aku kembali seperti aku yang dulu. Aku sama sekali merasa berbeda. Itu bukan aku. Aku hargai mereka yang berkata “ya ampun, beda din!”. “ih, din kamu jadi cantik lho”. Yah, aku berterimakasih. Tapi sebenarnya aku merasa tidak nyaman. kalian memuji Dini yang palsu.

Aku tidak lantas berpikir kalau aku harus benci teman-temanku karena mereka lebih suka aku yang ‘berubah’. Tidak ada yang lebih nyaman selain menjadi diri sendiri.
Apa aku salah?.

Dan kemarin aku coba lagi untuk membangkitkan sisi femininku, yah, karena aku wanita. Terbelilah sepatu wedges warna putih gading. Aku sendiri malah merasa tidak yakin.”ini akan kupakai berapa kali ya?=_=”. Tapi akhirnya aku tetap memakai sepatu sneaker warna coklat, modelnya agak vintage. Sepatu itu aku beli sebelum wedges putih tadi.

Sekali, aku menggunakan wedges saat paduan suara. Aku harus menggunakan dress merah marun. Polos dan pas di badan. Yah mereka bilang aku cantik. tapi pujian itu tidak berlaku ketika aku kembali dengan celana dan blazerku. Jadi sekali lagi. mereka memuji dini yang sedang tidak nyaman dengan dirinya saat itu.

Sepertinya sejak smp, ketika aku pertama kali meminta rok pada Ibu. yah, senang, berenda dan cantik. Tetapi begitu kupakai aku merasa aneh. Seperti tidak seharusnya aku memakai rok. Kecuali rok sekolah. Kemudian sampai SMA, rok yang kupakai hanya rok sekolah. Itupun aku sobek bagian sampingnya 5-10 cm saat smp. Dan untungnya ketika SMA, bagian samping kanan kiri rok ku diberi ritsleting yang bisa dibuka sampai atas lutut, ritsleting itu selalu aku buka sedikit, kira-kira 10 cm. Bukan untuk pamer betis. Betisku tidak bagus dan kalaupun bagus aku juga tidak akan ada niatan pamer. itu aku buka karena langkahku panjang-panjang. Terlalu malas untuk berjalan ‘sedikit-sedikit’ seperti menggunakan jarik. Tapi bukan berarti aku memiliki tinggi badan di atas rata-rata. Dan Ketika kuliah aku minta bertukar parfum dengan bapakku, aku tau Bapak tidak akan pakai parfumku, tapi aku setiap hari pakai parfum beliau. Kemudian memakai deodoran pria yang sama dengan bapak dan memakai sampo dengan label man(laki-laki) karena suka dengan wanginya.

bisa dibilang tomboy. Yah sebenernya predikat itu ada sejak smp. Tidak diminta, dan tidak ada harapan untuk minta dipanggil dengan sebutan tomboy. Karena saat SMP aku masih ada keinginan untuk tumbuh seperti wanita-wanita feminin, seperti teman-teman dekatku. tapi saat SMA, aku memangkas pendek rambutku seperti laki-laki, aku bermain gitar dan gandrung dengan musik keras (sampai sekarang). tidak ada keinginan untuk pacaran. Tapi keadaan itu tidak bisa dihindari. Selama beberapa bulan aku merasa aneh, dan aku sadar sebenarnya yang aku rasakan adalah “apakah aku pantas mendapatkan perlakuan seperti ini?mendapat perhatian dan segala macam,” tapi aku malah merasa “seharusnya aku yang memberi perhatian”.”kamu tidak ingin kerumahku?baiklah aku yang kerumahmu dan aku yang akan bertemu dengan kedua orangtuamu.”dan selalu merasa bersalah karena aku terlalu cuek dan akhirnya pihak laki-laki ngambek(atau pura-pura ngambek). Ya aku diamkan saja. aku tidak bakalan ngambek karena ngambek bukan salah satu pemecahan masalah.

yah pada intinya selama pacaran atau entah apa namanya itu, aku sama sekali merasa tidak pantas mendapat perhatian itu, karena seharusnya aku yang memberi.”aku anter kamu pulang ya?” aku berkata seperti tanpa mundur kebelakang dan berlaku sebagai yang dibonceng. Alhasil pihak pria ngambek. Dan aku bingung. Aku tau pria merasa berarti (merasa menjadi pria) ketika dia bisa memberikan peran. Tapi aku juga ingin posisi itu. posisi memberikan tumpangan, posisi memberikan tempat duduk dalam bis, posisi “kamu capek?kamu duduk aja dsini biar aku yang berdiri”. Tapi mana ada pria yang ingin di perlakukan seperti oleh wanitanya, mereka tidak akan terlihat kuat dihadapan wanitanya. Mungkin ada yang tidak percaya..tapi sebenernya itu yang aku rasakan.

Sepertinya banyak perempuan yang memiliki perasaan seperti itu. bisa karena mereka lesbian. Atau karena mereka tidak mendapatkan laki-laki yang tepat, sehingga belum cukup untuk membuat mereka  merasa seperti seorang wanita, tepatnya seorang gadis, muda, yang pantas disayangi.

Dan aku bukan lesbian.haha

Pernahkah, kalian merasa. “aku ingin jadi laki-laki saja, mereka lebih simple dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar”. (selain karena laki-laki tidak datang bulan)
Bukanya mau meremehkan kemampuan wanita. Wanita juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan anak mereka ketika dalam kandungan. Dan banyak juga tokoh-tokoh wanita legendaris yang inspiratif .

Itu yang sering aku pikirkan.”jika aku dilahirkan kembali, aku ingin jadi laki-laki”.

Dan aku menyesal. Tau apa yang aku sesalkan? Kenapa aku tidak bersyukur sebagai perempuan??.

Aku mulai mencoba mensyukuri. Dan sepertinya aku harus mendengar keluh kesah teman laki-laki ku tentang sisi buruk terlahir sebagai laki-laki. Terutama untuk mereka yang agak ‘keibuan’.

Bukanya ingin saling mengutuk ciptaan Tuhan. Kami hanya akan bertukar cerita agar kami saling mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan.

Dan tulisan tentang rok, membawa aku kesini.


Ada tulisan ini:
Cowok pakai baju cewek : “suit,suit, mau kemana cyiiin~”
Cewek pakai baju cowok : “wah, keren. Boleh juga”
--------------
Cowok bawa beban buerat : “ah, biarin, emang harusnya gitu”
Cewek bawa beban berat : “duh,kasian sini saya bawain”
-------------------
Cowok nangis : “yaaah, nangis ya?kayak cewek aja lu,hahaha”
Cewek nangis : “udah..udah, jangan nangis lagi”
------------------------
Cowok jadi fashion designer : “pastiii...=_=(kebayang ivan gunawan)”
Cewek jadi fashion designer : “wah, pasti cantik”


----------------------
Cowok ‘oneng’ : “duh, mau dikasi makan apa ntar keluarganya”
Cewek ‘oneng’ : “gapapa,yang penting cantik”.

Hahahha, untuk yang terakhir tidak usah dimasukin ke hati. Cuma guyonan.

Mungkin memang aku belum menemukan siapa aku sebenernya. Alias masih ababil a.k.a kimcil =_=
Tapi ada quote begini
“Life is not about FINDING yourself. It’s about CREATING yourself”
Kalau memang itu aku yang dulu yang membuat aku yang sekarang, itu ya memang sudah aku. Ya yang begini ini aku.

“berhentilah menyesali staus gendermu. Sebenarnya tidak ada yang perlu disesali, kamu hanya belum selesai menciptakan karaktermu.”

Kutipan dari postingan sebelumnya. Nyamanlah menjadi diri sendiri. tidak menjadi masalah jika aku adalah perempuan yang ke laki-lakian. Yah selama orang masih menerima :p

Mungkin terlalu cepat (atau terlalu lama dan panjang) untuk selesai. Tapi..
Terimakasih sudah membaca :D. Ini hanya unek-unek yang sering berputar-berputar di kepala yang mungkin ada perlunya ditumpahkan. Aku yakin orang lain bahkan temanku TIDAK akan tertarik jika aku membicarakan hal ini. Jadi ada baiknya ditulis saja. Kalau mau dibaca silahkan jika tidak ya tidak apa-apa, tidak ada yang memaksa.

Nyamanlah menjadi diri sendiri J



Thursday, July 26, 2012

Bahasa Indonesia oh Bahasa Indonesia


Mengakui, aku tidak pandai menulis. Tulisanku jelek, bukan dalam arti menulis dengan tangan. Tetapi menulis dalam arti membuat sebuah paragraf yang bermakna. Ya, tulisanku berantakan, tidak urut, membingungkan, tidak efektif bahkan beberapa diantaranya sama sekali tidak bermakna.

Sebenarnya yang ingin aku jelaskan adalah, keterbatasan, dalam kasus ini, kemampuan menulis, tidak membuat aku serta merta merasa tidak berhak untuk menulis di sebuah blog. Tapi untuk merasa tidak percaya diri pasti ada. Haha.

SPOK dan semacamnya aku kesampingkan. Bukannya menyepelekan, dan menganggap itu tidak penting. Cuma ingin ber ekspresi kok. selama orang mengerti apa yang ingin aku jelaskan lewat tulisan, kenapa harus pusing tentang tata cara menulis yang baik dan benar?. Ber ekspresi tidak harus benar, asalkan masih dalam lingkup orang awam. Yah, walaupun aku sendiri mengakui, bahwa tata bahasa, cara menulis yang benar itu penting untuk dipelajari, untuk TA nanti. Haha.

Dari SD kelas 1 sampai kuliah semester 2. Sekitar 13 tahun. I have been studying Bahasa. Dipelajari sejak masih minta ditemani tidur oleh Ibu, sampai sudah jarang tidur karena tugas kuliah menumpuk. Nilai UN SMP ku untuk bahasa Indonesia hanya 8, kalah dengan bahasa Inggris yang nilainya hampir sempurna. Bukan hal yang patut disombongkan. Apa aku harus sombong, ketika aku tinggal di negara Indonesia, nilai bahasa Indonesiaku di akhir sekolah adalah nilai terendah?.

Apakah ini juga terjadi di negara asing ? . nilai bahasa prancis dan bahasa jerman mereka lebih tinggi dibanding nilai bahasa mereka sendiri ?

Pertanyaannya terlalu jauh...

Apa Cuma aku yang mengalami hal ini?.

 Sepertinya aku punya banyak teman yang senasib.

“aku tinggal di Indonesia, setiap hari aku menggunakan bahasa Indonesia. Aku menggunakan bahasa Indonesia seperti bernafas, tidak perlu banyak dipikir karena sudah di luar kepala”.

Itu dia!

Menggampangkan lalu menyepelekan.

Tidak ada maksud untuk menasehati. Justru tulisan ini untuk menyindir diriku sendiri yang amat sangat tidak fasih dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Dan tidak efektif.


Opiniku adalah “kenapa kita harus belajar bahasa Indonesia?” kalau aku adalah seorang guru serabutan di sebuah SMA, aku akan menjawab. “sebenaranya pelajaran bahasa Indonesia itu memiliki arti:  pelajaran menyamakan tata cara berbahasa Indonesia agar kita dapat berbahasa Indonesia dengan cara yang seragam, sehingga mudah dimengerti orang lain, secara lisan dan tulisan. Bayangkan jika tidak ada pelajaran bahasa Indonesia, mungkin akan tercipta tata cara berbahasa Indonesia dalam versi yang berbeda-beda yang mungkin tidak semua orang tau. Penggunaan imbuhan yang berlainan, penggunaan kalimat berkonotasi, penggunaan SPOK. Dan mungkin lebih konyolnya, tidak akan ada kamus bahasa Indonesia. Karena pasti orang-orang akan menciptakan definisi sebuah kata untuk kalangan mereka sendiri. itu untuk jawaban singkatnya.”

dan jika aku adalah otak, mungkin aku akan berkata “pelajarilah bahasa indonesia, maka aku akan berkembang dan membantumu untuk bisa berbicara dengan baik dan lancar. Jika kau bisa berbicara dengan baik dan lancar maka kau akan pandai menulis juga, kemudian kemampuan menulismu juga berkembang. Dengan begitu kau tidak akan pernah susah berkomunikasi dengan orang lain. Kau manusia kan, makhluk sosial pasti selalu berkomunikasi, ya kan?”.

Mungkin cara berpikirku terlalu dangkal dan naif. Tapi ini pendapat. Hanya pendapat, setuju tidak setuju sudah jadi maklum.

Jika ada pengajar bahasa indonesia yang membaca ini,pasti beliau tidak setuju dengan opiniku =..=. tapi  pola pikirku mungkin bisa dijadikan sampel dari sebagian orang terutama anak SMA, yang mulai jenuh dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang terus mereka dapatkan sejak SD. Pola pikir ini bisa dijadikan acuan, bagaimana cara mengajar bahasa indonesia yang lebih mengasyikkan :D

Dan kalau ternyata setuju, aku malah minta maaf. Kenapa minta maaf?. Karena tulisan ini sebenarnya bukan untuk menggurui, tetapi sebagai informasi “oh, ternyata ada orang yang berfikir begini”.
Sekali lagi, minta maaf sebesar-besarnya apabila tulisan ini sangat membingungkan.
Terimakasih sudah membaca. Sekian.


Tuesday, July 24, 2012

KOREAPOCALYPSE


Twitter..

Facebook..

Semua, dan kebanyakan, terpampang pembicaraan tentang boyband dan girlband korea.
Oke. Aku bukan salah satu dari orang yang benci dan menutup pikiran tentang boyband dan girlband korea..hanya saja..

(menanggapai sebuah foto boyband)
A: “eh, sumpah ya Siwon cakep banget di MV itu..”
B: “iyaiyaiyaiya!kyuhyun juga hot banget.kkkyyyyaaaaaa XD”
A: “ah, tapi tetep Siwon dong yang paling cakep..”
B: “semua cakep lhoo.”
C: “eh, kamu suka Siwon ya?aku suka jugaaa”
A: “gag bisa, Siwon udah punyaku”.
PLIS!
Siwon bukan punya siapa-siapa, dia Cuma milik orang tuanya dan Tuhan =_=, oke?
Biasanya perbincangan macam kayak gini ini, perbincangan anak smp, dan yang sebenarnya saat smp aku juga seperti itu. tapi sekarang ..aku sadar. Bukanya menyangkal, tetapi emang kenyataanya sekarang seperti itu.

Aku dulu juga suka sama korea-korean. Inget banget waktu SMP.Super Junior. Aku sama temen-temenku bisa berjam-jam liat video clip mereka, ngomongin kehidupan mereka dan ber kyaa kyaa ria di depan komputer. Super kimchil. Tapi entah kenapa, passionku terhadap korea-korea mulai berkurang, entah karena bosan atau karena ngerasa korea udah mulai mainstream dan berasa alay  kalau ngikutin. Aku Cuma sekedar tau aja dan gag ngikutin kehidupan mereka kayak jaman SMP dulu. Mereka punya lagu, aku dengerin, bagus? Aku puji. Mereka punya dance, keren? Aku puji. Sekedar gitu aja sih.

Semakin banyak penggila korea. Sisi baiknya sih kalo yang aku lihat Cuma dari segi musiknya aja, menambah jenis musik di Indonesia, tetapi sayangnya tidak dibarengi dengan bertambahnya kualitas musik di Indonesia. Aku beropini sebagai orang awam, bukan sebagai profesional.

Ada dan pasti banyak, remaja seusiaku dan beberapa tahun diatasku yang kangen sama musik musik Indonesia jaman dulu yang pernah jaya, macam Coklat, Padi, ADAband,SheilaOn7. Beberapa diantara lagu mereka mungkin akan ada yang menjadi lagu abadi macam lagu Ebiet G Ade yang sarat makna. Bahkan walaupun liriknya terlalu berpuisi sehingga sulit dipahami, tetapi musiknya masih sangat bisa dinikmati.
Bukan berarti lagu-lagu Indonesia jelek semua. Ada beberapa yang bagus. Dan seharusnya semua jadi bagus.
Orang-orang antusias terhadap berkembangnya musik Indonesia kok, tetapi kadang malah di gencet sama persaingan  pasar. Jadi, untuk membuat lagu, harus siap-siap, apa lagu jenis ini sedang diminati atau tidak. Yaaah, kalau mau cepat dan gampang, kalau sekarang bikinlah boyband atau girlband .tapi harus kuat bertahan juga, jangan samapai cepat bubar. kalau mau lebih profesional yaaa, salah satunya, lihat Sandy Sandoro, dia punya suara, punya lirik dan punya karakter. Atau dengerin lagu-lagu band indie yang aliran lagunya gag mainstream.

Okeee,Sebenernya bukan jadi masalah, mau siapapun menciptakan lagu apapun, karena itu bagian dari cerita dan perjalanan musik di Indonesia.
 Yang menjadi masalah adalah, masuknya budaya-budaya luar, contoh yang sekarng sedang terjadi, budaya Korea.. dari musik sampai berpakaian. Yang  ditakutkan adalah Indonesia terjadi krisis identitas. budaya asli bercampur dan tergusur. Segala sesuatu menjadi UNIVERSAL. Samaa semua. Bayangkan, tidak hanya pengaruh dari korea, masuk ke Indonesia, bercampur dan membuat Indonesia memiliki gaya hidup, gaya bicara, gaya berpakaian bahkan selera musik yang sama. Di SELURUH DUNIA. Yang tadinya memiliki ke khasan, sekarang tidak lagi, yang tadinya begitu original, sekarang sudah tidak lagi. sebenarnya hal ini tidak bisa dihindari. Yap, INTERNET. tetapi internet juga tidak bisa disalahkan karena internet adalah bagian dari globalisasi. Jadi yaa, tinggal ke personalnya aja si. Bisa atau nggaknya memilah mana yang diambil atau dicampur atau dibuang atau disamakan. Tergantung “apakah itu perlu?” .”apakah ini bisa membawa kemajuan?” . atau “ mngkinkah ini bisa menggusur budaya kita?” dan “ini bagus, bisa dicontoh, tanpa menghilangkan kekhasanya”.

“sok kritis banget si lo, mikirin amat, pemerintah aja kaga mikirin”.

Oke, ada yang bahkan bilang begitu. Memang kok kita harus kritis, pemerintah mikirin kok, walaupun kadang bikin jengkel juga, ngerubah ISI jadi ISBI. Dan kalau pemerintah emang gag mikirin, siapa lagi yang mau mikirin kalau bukan masyarakatnya?yah..temasuk aku juga kan?

Dan sejak aku kuliah di ISI entah kenapa rasanya ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelestarian budaya asli Indonesia, walaupun ISI Yogyakarta, jadi tidak hanya budaya jawa, tetapi semua budaya yang ada di Indonesia, dari tari, musik, kerajinan tangan, pakaian..oke, mungkin sekarang aku belum melakukan apa-apa, tapi paling tidak aku sedang berusaha mengenal berbagai macam bentuk ukiran dan beberapa arti dari kain batik, yang mungkin nantinya bisa aku aplikasikan pada beberapa garapan interiorku nanti. Aamiin (terinspirasi dari Jaya Ibrahim).

Sukur-sukur bisa bikin musik pop Jawa . yah karena jadi musisi itu, bagian dari mimpiku juga =_= . selama masih ada umur, kenapa enggak? Dan sukur-sukurnya lagi bisa menciptakan tren di dunia interior. Hahahaha. Aminin aja ya.

Jadi itulah kenapa, mungkin, aku makin takut dan makin sinis terhadap segala macam yang berbau korea, untuk sekarang aja sih, entah nanti. Sebenarnya tidak bisa dibilang sinis, bisa dibilang semacam bergidik ketika melihat yang berbau korea,ya karena takut itu..korea sudah masuk, besok apa lagi???

Tetapi aku masih tetap membuka pikiranku terhadap sesuatu yang baru kok. Tidak serta merta langsung menolak mentah-mentah apapun yang berbau korea, masih kuterima dan kupilah, karena beberapa diantaranya, seperti studio SM Entertainment yang digunakan untuk MV boyband dan girlband bisa memberi inspirasi dalam pemilihan warna :D.

Sekali lagi, aku tidak melarang siapapun untuk suka pada apapun, karena suka dengan suatu hal adalah hak semua orang. Jadi aku  bukan sedang memojokan suatu golongan tertentu, aku hanya merespon apa yang sedang terjadi akhir-akhir ini.oke?.

Monday, July 23, 2012

JUST BE WHO YOU WANT TO BE, NOT WHAT OTHERS WANT TO SEE


Tidak ada yang lebih menyenangkan selain memilih tanpa harus memikirkan pertimbangan orang lain.

A: “bajunya bagus banget nih! Kayak yang aku pinginin”.
B: “emm, kamu suka baju ini? kayaknya terlalu nge jreng”.
-------------
A: “hahaha, lucu banget ni, unik, kayaknya pas kalo buat hiasan kamar”.
B: “hah?norak ah menurutku”.
---------------
A: “gimana dandanku?bagus ga?”
B: “kayknya di sebelah sini terlalu gelap..”
A: “emamng sengaja si sebenernya, biar agak gothic”.
B: “kenapa gag eyelinernya aja ditebelin?”.
A: “kalo eyelinernya ketebelan, ornamen yang kubikin gag dominan lagi”.
B: “tapi menurutku malah aneh..”
----------------------
A: “aku mau dengerin lagu ini...” (nyetel lagu)
B: “kamu suka lagu ini??”
A: “iya, bagus ga menurutmu?”
B: “yaah, gimana ya. Sebenernya aku gag suka lagu ini”.
--------------------
B: “jepang lagi ya?”
A: “hehehe iya..”
B: “suka amat si sama begituan? Aku lho kok gag bisa menikmati lagu-lagu kayak gitu”.
--------------------
B: “Korea ya?”
A: “iya..”
B: “kamu juga suka korea?kamu ngikutin EXO ga? Ngikutin Suju juga?Shinee?CN blue?MBLAQ?Beast?aku suka banget lhooo”
A: “=___=”
OKE.LAIN KASUS
---------------------
B: “seneng banget si ngutekin kuku”.
A: “bosen sama kuku ku yang gitu-gitu aja”.
B: “ooo, kenapa milih warnanya itu?gag ada yang lebih kalem?”
A: “yang gelap2 udah biasa, pengenlah yang warnanya ngejreng”.
B: “kayaknya bagus kalo warna gelap aja deh”.
A: “.....”
--------------------
B: “pernah pake rok ga kamu?”
A: “pernahlah, kamu pikir??”
B: “kok jarang keliatan pake rok?”
A: “lebih pw pake celana”
B: “padahal bagus pake rok lho, coba deh pake rok stiap ke kampus”.
----------------------------
B: “bajumu gag ada yang warna terang ya?”
A: “gag ada, paling juga kaos gombrangku yang biru langit”.
B: “ kenapa gag coba pake yang warna terang, kuning, pink, hijau muda”
A: “what?pink?”
B: “hahaha, iya, mesti lebih bagus deh”

Yaaaah, bukanya aku jenis orang yang tidak membutuhkan pendapat orang lain
Tapi kadang siapa yang gag gemes ketika kita punya pilihan yang kita suka tapi orang lain malah membuyarkan pendapat kita sendiri dan memberikan pendapat yang hanya dia yang suka.

JUST BE WHO YOU WANT TO BE, NOT WHAT OTHERS WANT TO SEE

Kita memang butuh pendapat orang lain untuk mendapat jawaban yang kita inginkan. Sama seperti musyawarah, diskusi dan segala macam. Tapi kalau hal itu udah menyangkut pribadi masing-masing, mungkin ada baiknya di batasi mana “memberi saran” dan “men judge selera”.
Saran siap di tampung kok. Lain kalau sudah menyangkut, ‘seleramu aneh dan jelek, seleraku lebih bagus dibanding kamu’. Atau ‘sebaiknya kau mengikuti seleraku karena seleramu rendahan’.

Apa ada yang melarang kita untuk tidak menjadi mainstream??
Kalau untuk aturan yang tertulis kita memang harus menurut.

Untuk selera?

Setiap orang punua selera yang berbeda, gag mungkin juga kan ratusan orang yang kita kenal harus memiliki selera yang sama denganmu?
Mau dibayangkan kalau semua orang yang kamu kenal memiliki selera yang sama, kesukaan yang sama?. Dari rambut sampai mata kaki, dari kesukaan mkanan sampai musik. Dari kebiasaan bangun tidur sampai akan tidur lagi?
Membosankan. Tidak akan pernah mengenal dan mempelajari sifat orang lain, dan menemukan  perilaku mana yang benar dan salah. Kamu pasti akan melihat kearah ritsletingmu sendiri dan mengeceknya ketika melihat ritsleting seseorang terbuka kan?.

Berbeda itu wajar. Bukanya perbedaan bisa menyatukan 2 hal?. Pria dan wanita? Oke.
Jadi mungkin ketika kamu melihat temanmu menggunakan baju yang menurutmu aneh, dan tidak sealiran....”baju baru?keren lho, tapi kok kelihatanya aneh ya kalo aku yang pake.”
Bukan berbohong!
Teman yang baik gag akan berbohong~
“ternyata selera bajumu yang aneh kayak gitu ya, boleh juga..unik”.
Atauu..
B: “eh liat, kalo kamu pake baju ini, jadi keliatan pendek, coba pake yang bikin keliatan tinggi”
A: “ini kali ya?”
B :”coba dulu deh, ada warna yang gelap?”
A: “ada sih, tapi aku gag terlalu nyaman pakenya”
B: “owalah, yaa, kalo gitu gapapa sih, tinggal kamu nyaman yang mana, ntar bisa disiasatin pake apaa gitu, A”.
ITUUUUUUU
-----------------
Bukan
B: “eh liat, kalo kamu pake baju ini, jadi keliatan pendek, coba pake yang bikin keliatan tinggi”
A: “Ini kali ya?”
B: “hmmmm, yah, kamu sih, kemaren aku suruh beli yang itu gag mau”
A: “lhah, kan gag cocok.”
B: “gag cocok gimana??”
A: “ya aku gag suka modelnya.”
B: “tapi kan itu lagi tren..”
A: “-____-“


Itu kalau pakaian, sepatu atau baju. Untuk musik?
A: “ah!ini aja ni, lagunya bagus!”
B:”hah??ini?kamu suka?”
A: “iyaaa”
B: “entah kenapa menurutku kurang cocok di telingaku, terlalu gedubrakan, susah buat di dengerin. Atau mungkin karena aku gag biasa lagu kayak gini ya?”
A: “yaaah, bagus sebenernya, mgkin krna gag biasa aja, haha, oke, aku ganti aja ”
Betuuuul
-------------------
A: “aaaa,JB!”
A & B : “ganti ganti ganti!
no comment -__-
-----------------------
A: “kok lagunya ini sih?”
B: “suaranya bagus kok”
A: “aku gag terlalu suka penyanyinya”
B: “disini suaranya bagus kok =_=”
A: “tapi waktu live ancur begitu, jadi gag suka sama suaranya”
B: “iya sih, aku juga pernah denger dia live, dan emang gag begitu bagus”.
A: “nah itu, aneh kan”
B: “ tapi seenggaknya karyanya dia yang ini bagus, dan bisa aku nikmati”
A: “nggak ah, biasa aja”
B: “gag mau nyoba dengerin dulu sampe selese?”
A: “gag ah, males, ganti ajaaa ya?”
B: “yah, jangan!ini bagus!”
A: “hih, apaan coba?”
PAUSE
Hei A, tak bisakah kau mencoba mengerti dan menghargai selera temanmu dengan membiarkanya mendengarkan musik yang dia suka, atau kalaupun kamu gag tahan, kamu bisa bercanda sama temanmu itu, tanpa harus mengeluarkan kata2 yang tajam degan intonasi yang terdengar men judge seleranya rendah dan aneh,

Dan hei B, kau tidak bisa memaksa A untuk suka juga sama lagu yang kamu suka, kalau ketemu waktunya, barangkali dia juga bakal suka sama lagu itu, walaupun kemngkinan besar tidak mungkin. Kalau kau ingin seleramu dia hargai, hargailah seleranya.oke?
PLAY
B: “okay..”
A: “hmmm”
B: “kalo udah lewat reff deh, ganti aja”
A: “oke-oke, lagian kalu juga bisa dengerin sendiri ntar di rumah.kamu ada lagunya kan?.”

Apa susahnya menyenangkan hati teman, apalagi kalo ternyata kalian sudah mencaci maki mereka seharian.
HARGAI ORANG LAIN JIKA INGIN DIHARGAI. Kalau kamu sudah mencoba menghargai orang lain tetapi mereka tidak menghargaimu, setidaknya menghargai orang lain itu masih tindakan terpuji nan baik kan?apa ruginya berbuat baik?

Mengkritik orang lain dengan kalimat yang tegas dan sudah di amplas.
Beri saran yang menginpirasi, bukan men judge.

Perbedaan itu selalu ada. Dan yang berbeda bukan berarti salah.
Selera itu relatif. Bagus dan jelek tergantung dilihat dari sisi mana. Mungkin disisi ini bagus, dan disisi lainya jelek, orang lain mgkin BELUM TENTU BISA melihat sisi bagusnya seperti kita melihat sisi bagus dari suatu hal atau benda. Begitu juga sebaliknya.

Suka terhadap suatu hal itu tidak dilarang. Benci terhadap sesuatu juga tidak dilarang. Semua boleh asal TIDAK BERLEBIHAN. Jujur aku suka banget sama salahsatu band visual kei asal jepang, tapi aku mencoba untuk tidak berlebihan seperti dulu, soalnya aku sadar itu jatohnya ALAY, sama deh kayak orang-orang yang kena demam korea =_=.oke aku juga suka beberapa boyband dan girlband korea dan itu Cuma untuk CUKUP TAHU aja, dan pengamat lagu-lagu mereka. Bukan untuk dijadikan sumber inspirasi atau panutan secara personal. Karena bisa saja aku menyukai sebuah karya tanpa menyukai sang ‘artist’ . Apalagi kalau sang ‘artist’ punya kepribadian yang kurang bagus. Mungkin untuk beberapa orang, “gag suka artisnya ya gag suka karyanya juga”. Lebih simple dan lebih gampang di maklumi. Berbeda dengan kebiasaanku yang dalam beberapa kasus, “lukisanya bagus ya, sayang orangnya gag begitu baik”. “sebenarnya suaranya bagus, tapi sombongnya bukan main”. “orangnya cakep, tapi lagunya lempeng banget, bosen”.begitu.

Dan perlu dipertegas, tulisan ini juga bukan untuk mengajak, menyuruh dan memaksa para pembaca untuk seperti yang saya inginkan, karena ini hanyalah sebuah curhatan dan pendapat yang diutarakan.


Nyamanlah menjadi diri sendiri, tidak usah menghiraukan kalian harus begini dan begitu. Bukan "temanku tidak suka aku juga harus tidak suka". Bukan juga "dia suka aku harus suka juga". kalau memang suka ya sukalah dan kalau tidak suka katakan dan hargai yang suka.


Tulisan ini Cuma sebagai intermezo dan kalau ada gunanya bisa diambil manfaatnya, maaf bila ada beberapa kata dan kalimat yang kurang berkenan.

Sunday, July 22, 2012

Liburan : Jakarta


Hampir sebulan lebih menganggur. Gag ngapa-ngapain dan gag ada tugas sketsa yang selesai karenaa..karenaaa..karenaaa
Kebanyakan main
Yah,gag kebanyakan main juga, beberapa diantaranya juga di abisin buat nganggur. Doing nothing. Ngabisin duit dan ngabisin beberapa waktu berharga.

Kemarin, tepatnnya seminggu yang lalu, aku ke Jakarta bareng temen2  kampus *temen2 beskem :D*. Naik kereta ekonomi dari Jogja. Lempuyangan. Tadinya mau berangkat ber 7, tapi akhirnya yang siap lahir batin berangkat menghadapi kerasnya kehidupan Jakarta hanya 6 orang. Haha. Bercanda. 1 orang lagi gag bisa ikut karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa di tinggalkan. Kayaknya gag usah kali ya nyeritain gimana rasanya naik kereta ekonomi..silahkan rasakan sendiri.haha

Oke. Berangkat Senin sore jam 5 dari Jogja, sekitar jam 2 pagi, selasa, sampai di Jakarta, Jatinegara,tepatnya di rumah Danti, rumah danti tercinta. Maksudkuu..rumah yang dicintai danti.
Jadi, kita sudah sampai Jakarta. Mau apa kita sekarang?. Oke. Tidur seharian. Istirahat dan mendapatkan tempat tidur yang layak. Dan ini betul-betul aku butuhkan, karena selama di perjalanan aku mencoba untuk tidur, tapiii, yaaa....

”kopinya mbak, kopeee!”(actually, i’m trying to sleep).
“popmi popmi popmi popmi”.(big no)
“tisu basah tisu basah, tisu kering”(ada tisu setengah mateng mas?).

butuh sumpel kuping.

Heran betul sama orang-oranng yang bisa tidur dengan keadaan seperti itu.
Sampailah pada hari Rabu. Dan selalu, kehidupan dimulai diatas jam 12 siang. Manusia KESIANGAN.
Monas. Untuk ketiga kalinya. Dan terakhir kalinya tatanan tamanya tidak seperti itu, dan aku kira dulu lebih banyak pohon..kenapa sekarang makin gersang? Apa Cuma persaaanku?=__=.
Hari ke 2 ke PRJ.
hari ke 3 istirahat. Kaki kami habis di PRJ..
Hari ke 4 UI. Perpus UI yang gila keren abis. Gelar jepang di pusat studi jepang.
Hari ke 5 muter2 kota jakarta, ke GBK, gedung MPR DPR, bunderan HI. Malam hari. Pake motor. (dapet pinjeman motor :p)
Hari ke 6 istirahat.
 Hari ke 7 (hari senin) persiapan pulang
Hari ke 8. Jogja.
Selesai.

Sebetul betulnya buanyak banget cerita. Banyak banget pengalaman baru. Banyak banget hal-hal konyol.
Bener-bener hidup bersama selama seminggu. Karena sebenarnya Danti di rumah sendiri, jadi jangan harap ada yang bakal ngemasakin. Haha. Syukurnya Danti punya alat masak dan ada kompor yang masih bisa dipakai. Maklum, rumahnya setahun kosong. Tapi untungnnya ada yang masih ngurusin rumahnya waktu kita dateng. kami masak seadanya dan sebisanya. Untung ada ‘chef agus’ aka Prima dan Farah.

Dan untuk transportasi..jangann harap bisa bermotor dan bermobil ria seperti di jogja. Kita berjalan keluar perumahan, nyegat angkot ato metromini, naik transjakarta atau KRL. Wisata transportasi. Sayangnya belom sempet ngerasain bajay. Hahahaha, yah kalo aku sendiri sih, udah pernah. Dan itu aku pikir cukup sekali =__=.

Kita jalan baris kayak anak SD lagi gerak jalan. Lari-larian ngejar KRL yang beberapa detik mau berangkat. Hujan-hujanan nungguin taksi datang, dan berlari di bawah langit malam yang hujan menuju stasiun, demi mengejar KRL terakhir.

Semua-semua-semua-semuanya jadi berkesan. Karena kami ber 5 saat itu. (salah satu teman kami pergi ke bekasi, dan dia gag ikut pulang ke jogja.)

Beruntung rasanya bisa ikut liburan ke Jakarta. Walaupun Jakarta ituuu...klakson,  macet,  semrawut, gedung tinggi,  polusi, motorbegajulan,  banjir,  panas,  sumuk, selokan, angkot racing di gang sempit... bisa jadi pengalaman dan pelajaran..bahwa..Jakarta bukanlah tempat tinggal yang nyaman.=__=

Yah, tapi karena dijalaninya bareng-bareng, mau sesemrawut apa hari itu, rasanya hari itu bukan salah satu hari yang sial. Hahaha.
Pengen lagi, lagi dan lagi, pergi ke luar kota bareng mereka.:)